Oshogatsu, Perayaan Tahun Baru Orang Jepang

Oshogatsu, Perayaan Tahun Baru

Setiap pergantian tahun (masehi) selalu dirayakan oleh manusia di penjuru dunia ini. Beberapa negara memiliki ciri khas dan budaya tersendiri dalam merayakan pergantian tahun baru. Salah satunya adalah Jepang. Perayaan tahun baru di Jepang disebut Oshogatsu. Bahkan suasana Oshogatsu (tahun baru) di Jepang sangat mirip dengan suasana lebaran di Indonesia.

Oshogatsu, Perayaan Tahun Baru Jepang

Awalnya Jepang merayakan tahun baru berdasar kalender Cina (imlek), tapi kemudian mengubahnya menjadi kalender Masehi sehingga Oshogatsu atau perayaan tahun baru dilaksanakan pada tanggal 1 Januari sesuai penanggalan Masehi.

Bagi orang Jepang, tahun baru adalah saat berkumpul. Orang-orang yang hidup jauh dari kampung halaman atau menjadi perantau di kota-kota besar memanfaatkan tahun baru untuk kembali ke kampung halaman. Mereka berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara dan merayakan pergantian tahun bersama.

Suasana tahun baru di Jepang sangat mirip dengan suasana menjelang lebaran di Indonesia yaitu mudik. Orang-orang akan pulang kampung (satogaeri) ke rumah orang tuanya.

Sebelum puncak perayaan, atau hari H pada tanggal 1 Januari. Sejak H-4, yaitu 28 Desember biasanya kantor-kantor sudah libur. Libur tersebut umumnya berlangsung sampai tanggal 4 atau 5 Januari. Seperti hal di Indonesia, pada saat semacam ini berita di TV juga dipenuhi oleh kabar tentang suasana mudik. Kereta api dan shinkansen yang penuh sesak, jalan tol yang macet, antrean panjang di bandara.

Selain pulang kampung, sebagian orang Jepang memanfaatkan libur yang lumayan panjang selama tahun baru ini untuk tamasya, baik di dalam maupun di luar negeri. Tentu saja karena tingginya permintaan, harga tiket alat transportasi melonjak naik pada masa seperti ini.

Ciri Khas Perayaan Oshogatsu

Kazari Mono (benda hiasan)

Suasana tahun baru makin terasa oleh berbagai benda hiasan (kazari mono) yang dipasang di berbagai tempat seperti di rumah, pertokoan, serta di berbagai sudut jalan. Salah satunya adalah budaya kadomatsu. Bentuknya berupa potongan bambu yang dihias dengan daun cemara dan bunga. Kadomatsu selalu dipasang berpasangan, di kiri dan kanan pintu masuk atau gerbang.

Ada pula shimenawa, yang terbuat dari jerami yang dijalin, serta dihias dengan bunga-bunga. Setiap hiasan itu selain untuk membangun suasana serta memberi sentuhan keindahan juga berisi doa dan harapan. Kadomatsu yang menjadi penghias gerbang dianggap sebagai ungkapan selamat datang bagi dewa pembawa keselamatan bagi penghuni rumah. Sedangkan shimenawa mencerminkan harapan agar rumah senantiasa bersih.

Nengajo (kartu pos tahun baru)

Salah satu ciri khas tahun baru di Jepang adalah kartu pos tahun baru atau nengajo. Orang Jepang saling mengirim kartu ucapan selamat tahun baru. Meski teknologi sudah memungkinkan orang untuk berkirim SMS atau e-mail, orang Jepang tetap menggunakan nengajo. Menulis dan mengirim nengajo tentunya lebih repot dan butuh waktu dibandingkan sekedar mengetik SMS. Namun, hal ini bisa dinilai sebagai itikad baik untuk menjaga hubungan dengan orang yang dikenal.

Pesan yang umum disampaikan adalah “selamat tahun baru” (shinnen akemashite omedetou gozaimasu). Ucapan ini disambung dengan ungkapan kotoshi mo yoroshiku onegaisimasu, yang isinya adalah harapan agar silaturahmi dan kerja sama yang telah terjalin selama ini dapat terus dilanjutkan.

Pesan standar ini biasanya telah tercetak di kartu pos, kemudian ditambahi dengan pesan lain yang lebih pribadi dengan tulisan tangan. Tapi bagi orang yang menyukai kaligrafi, kartu tahun baru adalah wadah untuk menyalurkan kegemaran itu. Mereka menulis kartu tahun baru dengan tangan satu per satu.

Salah satu keunikan kartu tahun baru adalah bahwa kartu tersebut tidak akan disampaikan ke tujuan sebelum tanggal 1 Januari. Meski orang sudah memasukkan kartu tersebut ke kotak pos, kantor pos menahannya sampai tanggal 1 Januari. Pada hari H itu kantor pos mengerahkan armada besar, melibatkan banyak pekerja paruh waktu untuk mengirim kartu, memastikan kartu-kartu yang sudah masuk ke kotak pos sebelum 31 Desember terkirim ke tujuan pada tanggal 1 Januari. Membuka kotak surat pada pagi hari 1 Januari adalah saat-saat indah tahun baru di Jepang.

Hatsuuri (jualan pertama)

Salah satu kegiatan yang sangat menarik selama tahun baru adalah hatsuuri, atau jualan pertama. Pada hari tahun baru seluruh toko tutup. Jualan pertama baru akan diselenggarakan pada 2 Januari. Dan ini dijadikan ajang untuk obral besar-besaran. Banyak toko, terutama toko elektronik, menyediakan beberapa barang super murah pada obral tersebut.

Misalnya sebuah laptop dengan harga hanya 5 ribu yen (500 ribu rupiah). Untuk mendapatkannya orang harus jadi pembeli pertama yang masuk toko. Tidak heran sampai ada yang rela menunggu sejak belasan jam sebelum toko buka untuk memastikan dia pada posisi pertama dalam antrian. Harap diingat bahwa antrian dilakukan di puncak musim dingin ketika suhu bisa mencapai -5 o C. Tapi bagi mereka, semua itu bukan apa-apa dibanding keasyikan menikmati suasana tahun baru.

Makanan Oshogatsu

Makanan pada saat oshogatsu juga cukup menarik. Pada malam tahun baru, yaitu pada hari 31 Desember orang Jepang makan mie soba, yang disebut toshi koshi soba. Soba yang berbentuk panjang menyimbolkan harapan agar kita semua berumur panjang. Makanan lain khas selama tahun baru disebut osechi ryouri. Makanan ini umumnya terdiri dari makanan yang awet disimpan hingga beberapa hari. Konon pada jaman dahulu semua orang libur, tidak berdagang selama tahun baru. Karenanya diperlukan makanan awet yang bisa dimakan selama toko-toko belum buka.

Ritual di Kuil

Di kuil-kuil Jepang, pergantian tahun ditandai dengan bunyi genta sebanyak 108 kali. Genta pada malam tahun baru ini disebut joya no kane. Angka 108 ini adalah hasil perhitungan (4×9)+(8×9). Angka 4 dan 8 itu mewakili berbagai kepedihan dalam hidup. Angka 4 dalam Bahasa Jepang dibaca shi, sama bunyinya dengan shi untuk kematian, dianggap sebagai kesedihan utama, ditambah lagi 4 kesedihan tambahan. Konsep ini dikenal dengan shiku hakku dalam ajaran agama Budha.

Pada hari tanggal 1 Januari orang pergi ke kuil Shinto (jinja) atau kuil Budha (otera) untuk berdoa. Ritual ini disebut hatsumoude, yang artinya kunjungan pertama ke kuil pada tahun tersebut. Kesempatan itu digunakan untuk berdoa agar tahun yang akan dijalani menjadi tahun yang baik dan penuh berkah. Kegiatan ini juga diiringi dengan ziarah ke makam keluarga dan leluhur.

Sumber: Hasanudin Abdurakhman, “Oshogatsu, ‘Lebaran’ bagi Orang Jepang”. Majalah Guru1000

 

Oshogatsu, Perayaan Tahun Baru Orang Jepang

Mdigital

Berbagi materi informasi dan pengetahuan digital online

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *