Polimer Plastik Ramah Lingkungan

Polimer Plastik Ramah Lingkungan

Ternyata tanpa di sadari kehidupan kita menjadi tergantung bahan yang bernama PLASTIK ! Coba perhatikan benda-benda apa saja yang ada didalam rumah kita yang berupa plastik! mulai dari piring dan sendok melamine, pipa air PVC, casing TV, kursi, mainan anak-anak, botol minum, dan masih banyak lagi.

Padahal kita tahu bahwa plastik merupakan bahan yang degradasinya memerlukan waktu yang sangat lama bahkan ada yang sampai ratusan tahun. Bisa dibayangkan suatu saat bumi akan terkubur dengan sampah plastik atau efek minimalnya kualitas tanah pun akan menurun dan akan menjadi kelangkaan bagi manusia untuk bercocok tanam.

Berikut ini tulisan Mujtahid Kaavessina, Staf Pengajar Teknik Kimia UNS Surakarta saat menjadi mahasiswa S3 bidang kimia polimer di King Saud University (KSU) Riyadh, Saudi Arabia yang dimuat di majalah guru1000 dengan judul “Plastik ramah lingkungan”.

Polimer Alternatif Plastik Ramah Lingkungan

Kita sering mendengar di forum-forum ilmiah atau bahkan dari aktivis lingkungan dengan slogannya 3R: Reduce Reuse dan Recycle. Namun, sudah efektifkah hal ini mengurangi resiko yang di timbulkan pada penggunaan plastik? Sedangkan kehidupan kita sudah menjadi sangat tergantung akan bahan ini.

Untuk itulah ada penambahan R lagi yaitu: Rethink. Sehingga muncullah gagasan untuk mengembangkan plastik ramah lingkungan untuk menggantikan plastik konvensional (PS, PET, PVC, dll) yang berbahan dasar dari minyak bumi.

Plastik jenis ini disandarkan pada plastik yang akan terurai secara alami dan mudah menjadi komponen-komponen penyusunnya dengan rantai yang makin pendek. Peruraian ini bisa dilakukan oleh bakteri, fungi atau mikroorganisme sehingga plastik ini disebut biodegrable plastic. Peruraian juga bisa karena terhidrolisis rantai-rantai penyusun polimernya (degradable plastic).

Meskipun pada akhirnya hanya dikenal biodegradable, karena hasil hidrolisis juga dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk menjadi komponen lebih sederhana. Jenis plastik ini umumnya bisa berasal dari bahan yang dapat diperbaharui ataupun minyak bumi (plastik konvensional) yang telah dimodifikasi dengan penambahan zat additives untuk mempermudah proses degradasi plastik

Kuatnya isu lingkungan hidup dan semakin menipisnya cadangan minyak, membuat plastik dari bahan yang dapat diperbaharui (renewable) menjadi lebih kompetitif. Secara umum, biodegradable polymer memberikan potensi biopoliester, khususnya yang berasal dari bahan terbarukan (seperti asam poli laktat /PLA), untuk menggantikan plastik konvensional ( seperti PET, PS, PVC dll).

Asam Poli Laktat / Polylactic acid (PLA)

Asam polilaktat tersusun atas monomer asam laktat yang merupakan turunan dari glukosa yang dihasilkan melalui proses fermentasi maupun reaksi hidrotermal (reaksi pada tekanan dan suhu yang tinggi). Sementara itu, glukosa bisa kita dapatkan dari jagung, gandum, kurma, tebu dll. yang mana bahan ini sangat melimpah di negara kita. Mari kita lihat sifat-sifat yang ada dalam PLA secara umum:

  • Mudah dibentuk dan dicetak seperti pada polimer konvensional (PS, PET dll).
  • Tidak tembus sinar UV, yang merupakan syarat utama plastik untuk menyimpan makanan· dalam kemasan.
  • Hasil degradasi berupa senyawa sederhananya tidak beracun ataupun karsinogenik, yang merupakan syarat utama dalam penggunaan didunia kedokteran seperti untuk benang jahit setelah operasi pembedahan dll.
  • Degradasinya lambat: struktur polimer terhidrolisis terlebih dahulu sebelum di konsumsi oleh mikroorganisme, kemudian bersifat kaku dan getas, hidrofobik (tidak larut dalam air) dan tidak tahan panas.

Dari uraian di atas, sifat terakhir merupakan kelemahan asam polilaktat yang membatasi penggunaan polimer ini. Tentunya ini menjadi tantangan kita untuk memodifikasi untuk menjadi sifat yang sesuai keinginan kita.

Modifikasi bisa dilakukan dengan blending (mencampur) dengan polimer yang berbeda sifatnya, kopolimerisasi/doping (menyisipkan rantai) monomer yang berbeda struktur atau dengan penambahan filler (bahan isian), dan masih banyak teknik lainnya.

Ketiga cara inilah yang paling banyak digunakan karena memberikan efek yang signifikan untuk mendapatkan sifat PLA yang baru.

a. Blending

Ini merupakan cara sederhana dengan cara mencampurkan PLA dengan polimer lain baik pada kondisi lelehnya ataupun menggunakan pelarut. Sebagai contoh penambahan plasticizer akan menyebabkan PLA menjadi elastik dan lentur.

b. Kopolimerisasi

Pada teknik ini terlihat seninya kita dalam berkreasi dengan memasang-masangkan rantai lain ke dalam PLA. kita tahu bahwa gugus hidroksil [-OH] dan asam [-COOH], merupakan gugus yang relatif mudah untuk kita ganti dengan gugus atau rantai yang lain.

c. Filler ( bahan pengisi)

Pada teknik ini, titik beratnya adalah properti mekaniknya yang ditingkatkan, seperti kekuatan tariknya dan ketahanan pada suhu tinggi. Di antara bahan-bahan yang digunakan adalah hidroksi apatite, clay, CNT (Carbon Nanotube) dll.

Bahan bacaan:

  • R. N. Tharanatan, Biodegradable films and composite coating: past present and future,
  • Trends in food science and technology (2003). G. Odian, Principle of polymerization, 4th edition, John Wiley and Sons (2003).
  • L. Averous (2008), www.biodeg.net/fichiers·

 

Polimer Plastik Ramah Lingkungan

Mdigital

Berbagi materi informasi dan pengetahuan digital online

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *