Racun dan Kemusyrikan

Racun dan kemusyrikan

Madu dan racun adalah dua hal yang sangat kontradiktif alias bertentangan. Madu membawa kesejukan dan kenikmatan sehingga lahir ungkapan seperti madu kehidupan, berbulan madu dan lainnya yang identik dengan keserbanikmatan. Sedangkan racun adalah lawannya, yakni sesuatu yang menyakitkan bahkan mematikan sehingga selalu ditakuti dan dihindari orang.

Adakah hubungan madu dan racun? Mungkin sulit mencarinya, apakah ada hubungan antara madu dan racun. Tapi jika pertanyaannya dapatkah racun dan madu menjalin suatu kerjasama sementara karakter-nya saling bertolak belakang? Jawabannya bisa tidak dan bisa juga ya.

Menurut ilmu kesehatan, madu lebah misalnya ternyata sangat ampuh untuk membunuh racun atau kuman-kuman yang terdapat dalam tubuh manusia, sehingga ia kebal dari serangan berbagai penyakit.

Tapi juga tidak tertutup kemungkinan, melalui racun pula orang dapat melestarikan kekuasaan yang menjadi madu (kenikmatan) hidupnya. Misalnya, ada orang yang tega meracuni (membunuh) orang lain yang dianggap sebagai penghalang karir dan ambisi kekuasaannya. Baik pembunuhan itu dilakukan secara langsung melalui pembunuh bayaran maupun pembunuhan secara sembunyi-sembunyi melalui jalan santet atau racun.

Socrates, seorang philosof besar bangsa Yunani sebelum masehi, konon dipaksa meminum racun lantaran berbeda paham dengan penguasa dizamannya. Dan cara-cara seperti ini sering terjadi di sepanjang sejarah kehidupan umat manusia di bumi ini.

Racun dan kemusyrikan

Tersebutlah di dalam kisah, pada zaman dahulu ada dua orang raja yang terkenal sangat kuat pengaruhnya dan besar kekuasaannya pada dua wilayah kerajaan yang berbeda. Kedua raja muslim tersebut terkenal sangat teguh beragama dan taat beribadah, sehingga mereka berdua sangat dicintai oleh rakyatnya.

Namun ada sebuah perbedaan yang sangat mendasar diantara kedua penguasa ini. Raja yang satu sangat mempercayai takhayul, ramalan serta gemar berdukun.

Mungkin suatu ujian juga dari Tuhan, pada suatu malam raja ini bermimpi melihat terjadinya gerhana bulan dan matahari. Karena ia merasakan mimpi itu agak aneh, maka besoknya ia kumpulkan seluruh dukun yang ada di istananya untuk menafsirkan mimpinya itu.

Akhirnya semua dukunnya sepakat mengeluarkan pernyataan bahwa salah satu dari dua raja yang sedang berkuasa saat ini akan mati terbunuh dalam waktu yang dekat. Karena itu para dukun menasihati agar raja selalu waspada dan hati-hati.

Mendengar keterangan dukunnya itu sang raja mulai gelisah, hatinya tak tenteram dan pikirannya merasa gundah. Dia selalu memikirkan bagaimana kematsan itu tidak menimpa dirinya, dan oleh karena itu ia harus berusaha agar kematian itu mengenai rekannya, yakni raja yang satu lagi.

Maka timbullah niat jahatnya seketika. Ia berusaha mengundang raja tersebut untuk menghadiri jamuan makan di istananya dengan tujuan ingin membunuhnya secara diam-diam yakni dengan racun.

Namun apa yang terjadi? hanya sedikit saja kesalahan prosedur dalam menempatkan gelas. Tanpa disengaja gelas yang berisi racun itulah yang diletakkan didepan rajanya, sehingga diminumlah oleh rajanya sendiri. Tak lama kemudian ia pun meninggal dengan penuh teka-teki dan kecurigaan.

Nama baiknya selama ini menjadi luntur dengan peristiwa kematiannya itu. Sebab, semua orang tahu bahwa ia adalah raja yang sangat gemar berdukun dan sangat percaya kepada ramalan meskipun disisi lain ia taat beribadah.

Perilaku kontradiksi ini tak jarang pula kita saksikan dalam keseharian hidup sebagai umat Islam masa kini yang dikenal dengan istilah ’sholat tekun, maksiat jalan terus’.

Dari peristiwa ini kita dapat mengambil pelajaran antara lain:

Pertama, hindarilah mempercayai ramalan dukun atau para normal, sebab keterangannya penuh dengan kepalsuan yang membuat jiwa kita semakin rapuh dan mudah terombang ambing. Seperti rapuhnya sarang laba-laba yang tak mungkin dapat dijadikan perlindungan.

Kedua, sepandai-pandai manusia berbuat makar (tipu daya), Allah SWT adalah sebaik-baik dalam melakukan tipu daya (QS. Ali Imran [3]: 54).

Ketiga, orang yang mempercayai tukang tenung (al-kihanah) ramal tidak akan diterima Allah shalatnya selatna 40 hari (HR. Muslim). Dan ia tergolong kedalam kemusyrikan, sedangkan kemusyrikan selalu membuahkan kezaliman yang sangat dahsyat, baik zalim kepada orang lain maupun kepada diri sendiri. Karenanya, marilah kita jauhi perbuatan itu.

 

Racun dan kemusyrikan

Recommended For You

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *